TRADISI SEDEKAH BUMI DI
KABUPATEN BLORA
LAPORAN PENELITIAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir
Mata Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami. MSI
A.
Pendahuluan
Beragamnya
tradisi yang ada di masyarakat jawa khususnya di Blora, hingga sangat sulit
untuk mendeteksi serta menjelaskan secara rinci terkait dengan jumlah tradisi
kebudayaan yang ada dalam masyarakat tersebut. Penyampaian budaya kepada
generasi penerus yang dilakukan melalui lisan menjadi penyebab melunturnya
tradisi itu sendiri, karena umumnya penuturan bersifat sangat variatif sesuai
dengan sudut pandang penerima informasi. Ada juga beberapa budaya yang tidak
dilestarikan hingga menyebabkan hilangnya keaslian dari budaya itu sendiri.
Salah satu
tradisi masyarakat jawa yang hingga sampai sekarang masih tetap eksis
dilaksanakan dan sudah mendarah daging serta menjadi rutinitas bagi masyarakat
jawa pada setiap tahunnya adalah sedekah bumi atau biasa dikenal dengan gas
deso. Tradisi sedekah bumi ini, merupakan salah satu bentuk ritual tradisional
masyarakat di pulau jawa yang sudah berlangsung secara turun temurun dari nenek
moyang orang jawa zaman dahulu. Ritual sedekah bumi ini biasanya dilakukan oleh
mereka pada masyarakat jawa yang berpotensi sebagai petani, nelayan yang
menggantungkan hidup keluarga dan sanak saudara atau sanak keluarga mereka dari
mengais rizki dari memanfaatkan kekayaan alam yang ada di bumi. Wujud syukur
kepada Tuhan yang telah memberikan Rahmat-nya kepada penduduk sehingga mereka
dapat hidup dengan sejahtera.
B.
Landasan teori
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal. Sehingga kebudayaan dapat diartikan
“hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Adapun kata culture (bahasa Inggris)
yang artinya sama dengan kebudayaan yang berasal dari kata Latin Colere berarti
mengerjakan terutama mengolah tanah atau bertani. Kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil cipta, rasa, karsa manusia untuk memenuhi
kebutuhan kehidupannya dengan cara belajar yang semuanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat.[1]
Wujud
dari kebudayaan tersebut salah satunya adalah sedekah bumi. Acara ini merupakan
acara tahunan yang dilakukan oleh orang Blora sebagai wujud rasa terima kasih
kepada Tuhan yang telah menganugerahkan tanah atau bumi yang subur, sehingga
masyarakat tersebut mampu melestarikan kehidupannya secara baik dan
berkesinambungan secara turun menurun sampai ke anak cucu mereka.
A. Kondisi Lapangan
Kabupaten
Blora, adalah sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Berjarak sekitar 127
kilometer sebelah timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan langsung dengan
Propinsi Jawa Timur. Separuh dari wilayah Kabupaten Blora merupakan kawasan
hutan, terutama di bagian utara, timur, dan selatan. Daratan rendah di bagian
tengah umumnya merupakan area persawahan. Sehingga pertanian merupakan sektor
utama perekonomian di Kabupaten Blora.Di
Kabupaten Blora, khususnya di Desa Bangkle tempat kelahiran saya, terletak di
pertengahan kota Blora, sekitar 1,5 kilometer ke arah timur alun-alun kota
Blora.
“Sedekah Bumi” atau disebut dengan gasdeso adalah salah satu
tradisi atau ritual yang setiap tahunnya dilakukan oleh warga Blora khususnya
di daerah Bangkle, beberapa alasan yang menjadikan penulis memilih daerah ini
adalah tradisi atau ritual tersebut di daerah yang menjadi objek penelitian
yaitu Blora, Jawa Tengah tepatnya di desa Bangkle telah mengalami perubahan
dari tradisi yang dilestarikan nenek moyang menuju tradisi yang memasukkan
unsur keislaman di dalamnya. Sehingga penulis mengambil tradisi tersebut
sebagai objek penelitian dengan tujuan para pembaca dapat mengetahui dan
menerapkan segala yang pembaca anggap baik dalam perubahan tersebut di daerah
masing-masing apabila di daerah atau tempat tinggal pembaca memiliki atau
menjalankan tradisi tersebut.
B.
Analisis lapangan
Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang masih kental dengan
tradisi-tradisi atau ritual-ritual yang dijalankan nenek moyang mereka
terdahulu. Warisan tradisi ini sulit sekali dipisahkan, karena tradisi tersebut
telah menyatu dengan mereka. Khususnya tradisi Sedekah Bumi yang dilestarikan
oleh masyarakat di Blora yang sudah lama dijalankan.
Tradisi sedekah bumi ini di desa Bangkle disebut juga tradisi
Gasdeso. Berikut beberapa penjelasan tetang awal mula tradisi yang dilakukan
sampai adanya perubahan dan masuknya unsur-unsur keislaman.
Tradisi Sedekah Bumi ini dilakukan sekali dalam setahun. Menurut
Bapak Karlin, di Kabupaten Blora, khususnya daerah Bangkle, awalnya mengadakan
Sedekah Bumi pada bulan Sya’ban dengan mengambil hari kelahiran sesepuh desa
atau kepala desa, kemudian diubah dengan mengambil bulan yang mana bersamaan
dengan hari besar Islam, namun untuk menghargai tradisi yang telah berjalan
sebelumnya maka tidak semua tradisi yang dahulu telah berjalan dirubah begitu
saja, sehingga pengambilan hari pun tetap menggunakan hari kelahiran sesepuh
atau kepala desa.
Sedangkan menurut Ibu Kati, di Kabupaten Blora tepatnya di Kunden
pelaksanaan Sedekah Bumi dilakukan pada bulan apit atau Selo yaitu
sebelum hari raya Idul Adha. Dengan penentuan harinya adalah hari Kamis Legi.
Kemudian setelah hari ditentukan, para warga mulai memulai
kegiatannya dengan membersihkan makam desa bagi para lelaki di pagi hari, dan
para wanita memasak untuk makan bersama atau syukuran di makam pada sore
harinya.
Ketentuan makanan yang dimakan bersama saat syukuran dalam sedekah bumi dengan membuat gunungan-gunungan
yang tersusun dari bungkusan-bungkusan nasi yang telah dibungkus dengan
menggunakan daun jati/daun pisang tapi
ada juga yang berupa Tumpeng, kemudian nasi-nasi tersebut diperebutkan dan
dimakan bersama oleh warga desa setelah
didoakan di suatu yang sudah disepakati oleh warga desa. Jajanan yang khas
disajikan saat Sedekah Bumi / gas deso adalah (dumbeg,tape , bugis, nagasari
dll).
Setelah mengalami perubahan, tradisi Sedekah Bumi diisi dengan berkumpul dan melakukan
tasyakuran di makam pada siang hari, kemudian pada malam harinya berkumpul di Balai Desa untuk melaksanakan beberapa acara,
dengan susunan acara sebagai berikut.
1.
Tahlil
Tahlil
ini ditujukan kepada para pejuang desa, kepala desa yang telah wafat, yang
merintis desa menuju desa yang lebih baik, dan para warga yang telah wafat.
2.
Istighotsah
Dengan
tujuan untuk memohon pertolongan kepada Allah SWT agar selalu menjadiakn bumi
selalu subur, sehingga para warga desa dapat menghidupi keluarganya dengan
baik.
3.
Pengajian
umum
Adanya
pengajian umum ini adalah agar para warga dapat mengetahui dan memahami secara
mendalam mengenai ajaran dan hukum-hukum dalam agama Islam. Terciptanya warga
yang dapat mengetahui secara mendalam tentang Islam, menjadikan hubungan yang
harmonis dalam suatu desa adalah salah satu tujuan dari agama Islam itu sendiri
C.
Kesimpulan
Tradisi sedekah bumi di Kabupaten Blora,
khususnya di Bangkle telah mengalami perubahan yang lebih baik, yang awalnya
mengikuti tradisi nenek moyang mereka, menjadi tradisi yang mempunyai nilai
keislaman yang dapat memperdalam ilmu-ilmu keagamaan dan dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT, melalui tahlil, istighotsah, dan ceramah.
D.
Daftar Pustaka
Widagdho, Djoko, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta : Bumi Aksara, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar