Lembaga : ESC (English Student Community)
Ancaman Globalisasi terhadap
Kedaulatan NKRI
Dewasa
ini, dunia sedang berhadapan dengan arus transformasi menuju globalisasi.Banyak
perspektif yang muncul dikalangan masyarakat dunia.Sebagian diantaranya
beranggapan bahwa globalisasi adalah sebuah prospek, sebagian lainnya
beranggapan hal ini adalah ancaman, ada juga yang acuh tak acuh sedang secara
tidak langsung ataupun langsung mereka juga merasakan akibatnya.Asumsi bahwa
globalisasi adalah sebuah ancaman secara jelas ancaman militer adalah fokus
utamanya, namun ada sudut lain yang lebih membahayakan yaitu ancaman nirmiliter
atau biasa disebut ancaman asimetris.
Penguasaan
terhadap suatu negara dengan cara-cara lama melalui jalan perang secara
langsung sudah mulai ditinggalkan berganti dengan strategi perang secara tidak
langsung dengan menguasai kehidupan secara multidimensi. Di sadari atau tidak, ancaman asimetris adalah
“bom waktu” yang siap meledak sewaktu- waktu dimanapun dan kapanpun.Lingkup
mendasar asimetris ini adalah ideologi dan ekonomi.
Setelah
keruntuhan Uni Soviet paham komunis memudar popularitasnya.Namun, bila menerawang
sejarah ibu pertiwi belasan tahun silam, Indonesia menjadi salah satu basis
komunis yang beberapa kali melakukan kudeta melawan pemerintahan dan berusaha
mengganti ideologi pancasila dengan ideologi komunis.Metamorfosis dari penganut
paham komunis yang telah melebur kedalam elemen-elemen masyarakat melalui
buku-buku tulisan komunis yang disebarluaskan sewaktu-waktu dapat mengancam
Indonesia.
Adanya gerakan radikalisme,atau gerakan yang
menaruh harapan kuat terhadap kerajaan Tuhan yang akan datang di bumi dimana
ditandai dengan kedamaian serta keadilan. Gerakan tersebut memberikan indikasi
bahwa ancaman ideologi masih potensial.
Globalisasi juga mampu meyakinkan masyarakat Indonesia
bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran.Disebabkan oleh paham
ini ideologi
pancasila cenderung tergugah dengan adanya kelompok-kelompok tertentu yang
mengedepankan faham liberal atau kebebasan tanpa batas.Para intelektual melalui peperangan informasi baik
melalui radio,
televisi hingga internetmengembangkan pengaruh ini.Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi pancasila
ke ideologi liberalisme. Jika hal itu terjadi, akibatnya rasa nasionalisme
bangsa akan hilang.
Pada
ranah yang lain, beragam
kemajuan di bidang pembangunan ekonomi telah dialami Indonesia. Transformasi ekonomi
Indonesia telah membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan
bermula dari basis
ekonomi. Basis ekonomi tersebutberasal
dari kegiatan pertanian tradisional kemudian lambat
laun bergeser menjadi negara yang
mengandalkan industri manukfatur dan jasa. Hal ini menggiring Indonesia pada tantangan yang
lebih besar di bidang ekonomi,diantaranya yaitu penerapan ASEAN – economic community
(AEC) dimana terdapat penerapan pembebasan bea masuk
perdagangan barang dan jasa melalui pengurangan serta penghapusan tarif.
Berpijak
pada tantangan yang akan digeluti Indonesia pada 2015 mendatang dengan
penyelenggaraan AECyang merupakan akibat dari adanya globalisasi,
menimbulkan kesenjangan bagi Indonesia itu sendiri. Ahli perindustrian
Verry Yahya mengakui Indonesia belum mampu menutup impor barang dan jasa asing
dari kesepakatan yang dilakukan oleh anggota ASEAN. Sehingga Belum diberlakukan AEC saja
masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi produk impor dengan anggapan
kualitaslebih terjamin. Di pihak lain barang impor juga cenderung lebih murah
dibandingkan dengan barang ekspor. Contoh nyatanya adalah produk pertanian kita
yang kalah jauh dengan Thailand, sehingga produk Thailand cenderung lebih murah
dibandingkan dengan milik Indonesia sendiri.Jika pasar bebas telah diberlakukan,
tidak menutup kemungkinan mereka semakin enggan untuk memakai produk domestik.
Jokowi
nama akrab masyarakat Indonesia dalam menyebutkan joko widodo menyebutkan,
produk pangan Malaysia jauh lebih baik
dan didesain lebih menarik dari produk pangan yang ada di Indonesia.
Contoh kecilnya saja, di pasar swalayan bisa kita jumpai produk Malaysia bersertifikat mutu
Internasional sedang produk lokal Indonesia sendiri tampil apa adanya. Dapat di
garis bawahi, meski produk berfungsi sama, variasi produk, daya tarik kemasan
juga menjadi faktor pembeda yang mempengaruhi keputusan pembeli. Penting untuk
menyadari hal-hal kecil seperti ini bagi kalangan pengusaha di Indonesia guna
bersaing di tingkat global.
Sumber daya manusia yang belum mumpuni juga memberi
peluang kepada bangsa lain dalam menguasai Indonesia seperti ancaman masuknya tenaga kerja asingdi Indonesia
yang lebih profesional SDMnya.Hal ini mengakibatkan lapangan
kerja di Indonesia yang sudah sempit jadi semakin sempit.
Rakyat pastinyatidak
menginginkan dokter-dokter Singapura nantinya praktik di rumah sakit sedangkan
orang Indonesia hanya sebagai pasien. Hotel-hotel berbintang berdiri subur oleh
tangan-tangan Malaysia tapi orang Indonesia hanya sebagai tamunya. Guru-guru
Filipina mengajar di sekolah-sekolah sementara orang Indonesia hanya sebagai
muridnya.Menilik hal tersebut,
tentu pengaruh globalisasi di sektor ekonomi dapat melunturkan nasionalisme
masyarakat Indonesia.
Menurut founding father, pancasila
sebagai ideologi Indonesia merupakan konsep yang utuh dan memiliki tameng yang
luar biasa bagi kemakmuran NKRI.Maka dari itu kita harus menanamkan
nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan,
agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.Indonesia harus mampu mencontoh
negara-negara dengan ideologi yang kuat seperti Iran, Rusia dan China. Mereka
mampu menjadi negara yang kuat dan tidak takut akan serbuan produk-produk
negara maju. Di samping itu, Peningkatan sumber daya manusia sangat
diperlukan untuk pengembangan skill guna menghasilkan inovasi
produk-produk baru.Jadi dalam
memerangi ancaman globalisasi, Indonesia harus meningkatkan potensi penduduknya
dengan berpegang pada ideologi pancasila yang sudah dipikirkan, dianalisis dan
dikembangkan oleh para pendiri bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar