Nama : Luluatul Musyafa’ah
Nim : 123411062
A.
Pengertian
Istilah-Istilah dan contohnya (Sintaksis)
1. Fonem:
adalah satuan bunyi bahasa
terkecil yang dapat membedakan arti.contoh: harus – arus. /h/ adalah fonem karena membedakan arti kata harus
dan arus.
2. Morfem:
satuan gramatikal
terkecil yang mempunyai makna. Morfem tidak bisa dibagi kedalam bentuk bahasa yang
lebih kecil lagi. Contoh: kedua= (ke)+(dua), berlari= (ber)+(lari).
3. Alofon:
adalah pembedaan realisasi pelafazan fonem
karena posisi yang berbeda dalam kata. Misalkan fonem /b/ dalam bahasa Indonesia
dilafazkan
pada posisi awal ("besar") dan tengah ("kabel") berbeda
dengan fonem ini pada posisi akhir ("jawab").
4. Grafem:
adalah satuan unit terkecil sebagai pembeda dalam sebuah sistem aksara. Contoh
grafem antara lain adalah huruf alfabet,
aksara Tionghoa, angka,
tanda baca,
serta simbol
dari sistem penulisan lain.
5. Gugus:
adalah deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam satu suku kata yang
sama. Bunyi [pr] pada kata "praktik"
6. Diftong:
dua huruf vokal yang disusun secara berdekatan yang penyusunan huruf vokal
tersebut masih terdapat dalam satu kata. Diftong bisa terjadi di awal, di
tengah dan di akhir. Contoh: Pandai, Saudara, dan Aula.
7. Analogi:
persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain.
Analogi merupakan salah satu proses morfologi
dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya
pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
8.
Morfofonemik: Morfofonemik
adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai
akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi,
maupun proses komposisi. Contohnya,
dalam proses pengimbuhan sufiks-an pada dasar “hari” akan muncul bunyi {y},
yang dalam artografi tidak dituliskan tetapi dalam ucapan di tuliskan.Contoh :
hari + an menjadi [hariyan].
9.
Afiks: Imbuan
yang melekat pada sebuah morfem dasar untuk membentuk kata yang berfungsi dalam
ujaran. Afiks bisa terdapat di awal, di tengah dan di akhir kata. Contoh:
luncur-meluncur, tapak-telapak, jadi-jadikan.
10. Prefiks:
imbuan yang terdapat di awal kata. Contoh: rasa- merasa, bantu-membantu
11. Sufiks:
imbuan yang terdapat di akhir kata. Contoh : pergi-pergilah, makan-makanan.
12. Infiks:
imbuan yang terdapat di tengah kata. Contoh : dulu-dahulu, baru-baharu,
tali.temali.
13. Konfiks:
awalan yang melekat pada awal dan akhir morfem dasar. Contoh: lengkap-melengkapi, datang-kedatangan, senjata-bersenjatakan.
14. Kohesi:
Ialah keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam
wacana atau kohesi merupakan hubungan semantis yang ada dalam suatu teks.
15. Koherensi:
adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan satu kesatuan dan
kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam sebuah paragraf. Contoh
paragraf yang kohesi dan juga koherensi:
Halaman
rumah kami telah berubah menjadi warung hidup. Di pekarangan itu ditanami
kebutuhan dapur sehari-hari, umpamanya:
bayam, tomat, cabai, talas, singkong, dan lain-lain. Ada juga pekarangan rumah
yang berupa apotek hidup. Betapa tidak. Di pekarangan itu ditanami bahan
obat-obatan tradisional, misalnya:
kumis kucing, lengkuas, jahe, kunyit, sirih, dan lain-lain. Kelebihan kebutuhan
sehari-hari dari warung dan apotek hidup itu dapat pula dijual ke pasar, sebagai contoh: bayam, cabai,
jahe, dan sirih.
16. Deiksis:
Deiksis adalah kata atau frasa yang menghunjuk kepada kata, frasa, atau
ungkapan yang telah dipakai atau yang akan diberikan. Contoh: Hari ini bayar,
besok gratis.kata ‘hari ini’ dan ‘besuk’ itulah yang disebut Deiksis.
Alasannya kapan yang dimaksud dengan hari
ini dan besok adalah tidak jelas, karena kalimat itu terpampang
setiap hari di sebuah kafetaria.
17.
Anafora:
Anafora
ialah jenis majas refetisi yang merupakan perulangan kata pertama pada setiap
baris atau kalimat.Contoh: Kucari kau dalam toko-toko.
18. Katafora
19. Referensi:
hubungan antara simbol dengan benda yang diacu. Contoh: UU No. 19 tahun 2002 tentang
Hak Cipta.
20. Diksi : pilihan kata yang tepat dan selaras untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek yang diharapkan. Contoh: mengambil
bunga akan lebih selaras jika kata mengambil diganti dengan kata memetik,
sehingga menjadi memetik bunga.
B.
Pengertian
Istilah-Istilah dan contohnya (Semantik)
1) Makna
yang dimaksud dan Makna yang ditafsirkan: meliputi makna idiomatik, peribahasa,
kias, makna kata dan makna istilah.
2) Makna
konseptual: makna yang dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya hubungan,
refleksi makna sebuah kata dengan makna kata lain. Contoh: kata Amplop
mempunyai makna ‘sampul surat’.
3) Makna
tematik: makna tentang apa yang dikomunikasikan dan isi yang hendak disampaikan
melalui pesan. Makna tematik bisa disampaikan melalui bunyi, susunan kata,
fokus dan tekanan. Contoh: Adek memakan roti (kalimat aktif), roti dimakan adek
(kalimat pasif). Pada kalimat aktif menekankan pada subyek dari kalimat aktif,
sedangkan pada kalimat pasif lebih menekankan pada obyeknya.
4) Makna
asosiatif: makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan
kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa. Contoh: kata ‘kursi’
berorientasi dengan ‘kekuasaan’.
5) Makna
konotasi: makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Dalam makna konotatif
terdapat makna konotatif positif dan negatif. Contoh: kata ‘wanita’ dan
‘perempuan’, wanita termasuk konotatif positif sedangkan kata perempuan
mengandung makna konotatif negatif.
6) Makna
denotasi: makna yang sebenarnya , makna yang ditunjukkan oleh sesuatu yang
disimbolkan itu. Contoh: papan tulis yang berarti papan untuk menulis. Makna
denotatif lazimnya sudah ditentukan didalam ‘kamus besar bahasa indonesia’.
7) Makna
stilistik: makna yang berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan
adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan didalam masyarakat. Rumah, pomdok,
istana, keraton.
8) Makna
afektif: makna yang berkenaan dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara
atau terhadap objek yang dibicarakan. Contoh “tutup mulut kalian!” , kata
tersebut akan terdengar kasar bagi pendengarnya.
9) Makna
kolokatif: makna yang berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimiliki
sebuah kata dari sejumlah kata-kata yang bersinonim, sehingga kata tersebut
hanya cocok untuk digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya. Contoh:
kata tampan identik dengan laki-laki dan kata cantik identik dengan perempuan.
10) Makna
refleksi: makna yang muncul oleh penutur pada saat merespon apa yang dia lihat.
Contoh: kata aduh, oh dan amboi.
11) Makna
sinonim: suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti dan
pengertian yang sama. Contoh: bohong-dusta, pakaian-baju.
12) Makna
hiponim: kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim (kata-kata yang
mewakili banyak kata lain atau kata umum). Contoh: hipernim: ikan. Hiponim:
lumba-lumba, hiu, dan pari.
13) Makna
antonim: suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Contoh: atas-bawah,
pendek-tinggi.
14) Homonim:
dua kata atau lebih yang ejaan atau ucapannya sama tetapi artinya berbeda.
Contoh: genting(gawat atau atap rumah), rapat (pertemuan atau tidak renggang).
15) Homograf:
dua kata atau lebih yang ejaan atau tulisannya sama, tetapi tetapi artinya
berbeda. Contoh: Adek sudah bisa berjalan. Ular itu mempunyai bisa
yang sangat berbahaya.
16) Homofon:
kata-kata yang berbunyi sama, tetapi tulisan (ejaannya) berbeda. Contoh: Masa
lalu wanita itu sangat menyenangkan. Pencuri itu dikejar massa.
17) Polisemi:
kata yang memiliki banyak makna. Contoh: Andi keseleo kakinya. Anak-anak
itu tersesat di kaki hutan.
18) Ameliorasi:
proses perubahan makna dari yang lama ke yang baru ketika bentuk yang baru
dianggap lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya dibandingkan
dengan yang lama. Kata ‘istri’ lebih tinggi daripada kata ‘bini’.
19) Peyorasi:
perubahan makna dari yang baru ke yang lama ketika yang lama dianggap masih
lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya dibandingkan dengan
makna yang baru. Contoh: kata ‘abang’
dahulu digunakan untuk memanggil kakak laki-laki. Sekarang digunakan untuk
memanggil laki-laki yang berstatus rendah seperti abang tukang ojek.
20) Metafora:
Metafora adalah majas (gaya bahasa) yg membandingkan sesuatu dengan yang lain
secara langsung. Metafora adalah gaya bahasa perbandingan. Contoh: Kata
"tulang punggung" dalam kalimat "Pemuda adalah tulang
punggung negara",
21) Metonimi : sebuah majas yang menggunakan sepatah-dua patah kata yang merupakan merek, macam atau lainnya
yang merupakan satu kesatuan dari sebuah kata.Contoh: Rokok diganti Djarum atau Gudang Garam.
Mobil
diganti dengan Kijang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar