LAPORAN FIELD RESEARCH
MUSEUM RONGGOWARSITO SEMARANG
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami, MSI
I.
PENDAHULUAN
Museum Ronggowarsito memiliki
banyak peninggalan yang menunjukkan keeksistensian Islam yang sudah muncul pada
zaman dahulu dan keterikatannya dengan pelestarian budaya Jawa. Museum ini terletak di Jl.
Abdulrahman Saleh No.1. Bangunan ini termasuk kebanggaan masyarakat Jawa Tengah, karena museum ini
telah melestarikan aset-aset budaya Jawa pada masa kuno, sehingga dapat
dijadikan sebagai sarana pendidikan bagi generasi bangsa. Museum ini terdiri beberapa
gedung yang salah satunya adalah Gedung B2. Gedung B2 berisikan koleksi dari
masa peninggalan Islam dan Kolonial di Jawa Tengah. Pada makalah ini penulis akan
memaparkan lima peninggalan di museum Ronggowarsito dan keterkaitannya dengan
nilai Islam dan budaya Jawa.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana diskripsi nilai budaya Jawa dalam
lima aspek peninggalan di museum Ranggawarsita?
B.
Bagaimana nilai Islam dan budaya Jawa dalam
lima aspek peninggalan di museum Ranggawarsita?
III.
PEMBAHASAN
A. Diskripsi Nilai Budaya Jawa dalam lima Aspek
Peninggalan di Museum Ranggawarsita.
1.
Wayang Sadat
Wayang ini diciptakan oleh Suryadi Warno Suhardjo. Seorang guru
matematika SPG Muhammadiyah di Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Wayang ini
sepenuhnya bernafaskan Islam dengan suasana pesantren dan dalam penyampaiannya
tetap menggunakan dasar budaya Jawa. Bentuk wayang peraga dibuat lebih
realistik dibandingkan dengan bentuk peraga wayang kulit Purwa. Sunggingan
wayang Sadat lebih meriah dibandingkan dengan wayang kulit Purwa dengan
menggunakan warna-warna yang lebih cerah.
Yang unik dari pagelaran wayang ini adalah suara pukulan bedhug
bertalu-talu disusul dengan ucapan assalamualaikum oleh dalang yang memainkan
wayang sebagai penanda dibukanya pagelaran wayang Sadat. Dan cerita yang
ditampilkan dalam wayang diambil dari kisah para wali dan riwayat penyebaran
Islam di Pulau Jawa. Wayang ini digunakan sebagai keperluan dakwah Islam yang
sering dikaitkan dengan kata syahadatin dalam penamaannya sebagai akronim
sarana dakwah dan tabligh.
2.
Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia.
Masjid ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam
di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat
mempercayai masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama
Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali
ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama
Islam, dan mengajar ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya,
masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia
dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro. Sehingga dapat diketahui oleh
kita bahwa pembangunan masjid Demak itu didirikan oleh Walisongo.
Bangunan masjid itu didirikan oleh para Wali bersama-sama dalam
waktu satu malam. Atap tengahnya di topang seperti lazimnya, oleh empat tiang
kayu raksasa. Salah satu di antaranya tidak terbuat dari satu batang kayu utuh
melaikan dari beberapa balok yang diikat menjadi satu. Tiang tersebut adalah
sumbangan kanjeng Sunan Kalijaga. Rupanya tiang itu di susun dari
potongan-potongan balok yang tersisa dari pekerjaan Wali-wali lainnya, pada
malam pembuatan bangunan itu ia datang terlambat, oleh karenanya tidak dapat
menghasilkan sebuah pekerjaan yang utuh.
3.
Masjid Agung Kudus.
Masjid agung kudus memiliki luas ± 2400 m2. Keadaan tanah berupa sebidang tanah
pekarangan yang datar yang diatasnya didirikan masjid dan menara. Untuk
memasuki halaman Masjid Kudus harus melewati dua gapura utama yang berbentuk
candi bentar. Bentuk asli bangunan masjid sukar untuk diketahui karena telah
beberapa kali mengalami perbaikan dan perluasan. Secara keseluruhan Masjid
Kudus berbentuk empat persegi panjang berukuran panjang 58 m dan lebar 21 m. Bangunan
masjid terdiri dari: menara, serambi, ruang utama, pawestren, dan bangunan
lainnya.
4.
Menara Kudus.
Salah satu keistimewaan dari Masjid Kudus adalah Menara Kudus.
Menara Kudus ini sangat terkenal bahkan orang lebih mengenal menara Kudus
daripada Masjid Kudus. Bentuk menara ini mengingatkan akan bentuk candi corak
Jawa Timur. Regol-regol serta gapura bentar yang terdapat di halaman depan,
serambi, dan dalam masjid mengingatkan kepada corak kesenian klasik di Jawa
Timur. Menara Masjid Kudus merupakan bangunan kuno hasil dari akulturasi antara
kebudayaan Hindu-Jawa dengan Islam, bahkan unsur kebudayaan asli.
5.
Batu Geode
Kecubung
Batu ini berasal dari kabupaten Semarang. Sebuah amethyst geode yang
terbentuk ketika kristal besar tumbuh di ruang terbuka di dalam batu. Batu
geode ini berwarna violete. Masyarakat jawa kental sekali dengan beragam
budayanya. Mulai dari adat dan keyakinan. Terlebih terhadap keyakian hal-hal
atu benda yang dianggap sakral. Benda-benda itupun beragam. Mulai dari keris,
belati, batu, dan lain-lain. Batu geode kecubung ini, jika diasah menjadi
permata, diyakini oleh orang Jawa bahwa ia mempunyai Aji Pengasih. Tentunya
dalam masyarakat Jawa hal ini tidak asing karena mereka mempercayai adanya
benda-benda sakral yang memiliki kekuatan ghaib.
6.
Nilai Islam dan
budaya Jawa dalam lima aspek peninggalan di museum Ranggawarsita.
Jika melihat dari diskripsi lima peningglan
yang sudah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, semua peninggalan memiliki nilai islam dan corak
kebudayaan Jawa. Para tokoh yang telah berjasa tersebut meninggalkan warisan
peninggalan berupa akulturasi Islam dan Jawa. Misalnya menara kudus memiliki
nilai islam dan budaya Jawa. Hal ini bisa dilihat dari arsitekturnya yang masih
merujuk pada unsur Jawa-Hindu, namun esensinya menara kudus juga membawa nilai
keislaman. Begitu juga dengan Masjid Agung Demak yang membawa nilai islam, yang
dibuktikan dari filosofi bangunan-bangunannya yang mengandung unsur keislaman
seperti rukun islam dan rukun iman.
IV.
KESIMPULAN
Berbagai miniatur situs peninggalan sejarah Islam di jawa tentunya
untuk membuat masyarakat Jawa
khususnya mengetahui tentang sejarah budayanya. Tujuan lain yaitu agar mereka
mencintai budaya jawa dan mampu memahami islam beserta ajarannya.
V.
PENUTUP
Demikian laporan field research tentang lima aspek
peninggala di Museum Ronggowarsito Semarang. Semoga laporan ini bisa memberikan
sumbangan bagi pengembangan Islam dan Budaya Jawa, serta bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.