TRADISI
NYADRANAN/PESTA LAUT
KENDAL
Mini Riset
Untuk
Memenuhi Persyaratan
Mencapai Tugas
Akhir Semester VII
Pada Mata Islam
dan Budaya Jawa

Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
Oleh:
Ria Wahyu
Susanti
123411018
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kendal
adalah salah satu kota di Jawa Tengah yang terkenal sebagai salah satu kota
santri yaitu di Kaliwungu. Selain terkenal sebagai kota santri, kendal juga
terkenal dengan berbagai tradisi yang masih tetap terjaga kelestariannya sampai
saat ini seperti; tradisi Wewehan/Ketuinan yang diselenggarakan pada hari
Maulid Nabi atau dalam penanggalan Islam jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal, ada
juga tradisi Syawalan yang diselenggarakan tepat satu minggu setelah hari
pertama Idul Fitri atau dalam penanggalan Islam jatuh pada tanggal 8 Syawal,
dan tradisi yang sangat terkenal di seantero Jawa Tengah, yaitu Tradisi Pesta
Laut/Nyadranan.
Tradisi
yang diselenggarakan pada tanggal 1 As-syura dalam penanggalan Islam ini selalu
digelar dengan sangat meriah selama seminggu penuh. Pesta Laut ini dilaksanakan
di desa Gempol Sewu, kecamatan Rowo Sari, kabupaten Kendal. Setiap tahun warga
sekitar selalu menantikan Pesta Laut dengan sangat antusias.
Peneliti
akan memaparkan lebih lanjut tentang Pesta Laut/ Nyadranan dalam mini riset ini
berdasarkan hasil studi lapangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan oleh penulis diatas, maka yang
menjadi permasalahan dalam mini riset ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan Pesta Laut/Nyadranan di desa Gempol Sewu, Kendal?
2. Apa nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan Pesta Laut/Nyadranan di
desa Gempol Sewu, Kendal?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan tradisi Pesta
Laut/Nyadranan di desa Gempol Sewu, Kenad.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam
pelaksanaan Pesta Laut/Nyadranan.
Sedangkan
manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Bagi penulis:
Manfaat
penulisan mini riset ini bagi penulis adalah sebagai berikut:
a. Untuk memenuhi tugas akhir semester pada mata kuliah Islam dan Budaya Jawa.
b. Untuk mengenal secara mendalam tentang tradisi kebudayaan yang ada di
Indonesia.
c. Untuk mendapatkan informasi tentang tradisi Pesta Laut/Nyadranan.
2. Bagi pembaca:
Sedangkan
manfaat penulisan mini riset ini bagi pembaca adalah sebagai berikut:
a. Untuk membuka wacana kritis pembaca tentang adanya kebudayaan unik yang
bernilai di Kendal.
b. Untuk menginformasikan tentang pelaksanaan tradisi Pesta Laut/Nyadranan di
Kendal.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Tradisi
Secara etimologi, kata tradisi berasal dari bahasa latin traditio yang
artinya diteruskan dan berasal dari bahasa Inggris, tradition yang berarti
disampaikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tradisi didefinisikan
sebagai "adat kebiasaan turun-temurun (dari leluhur) yang masih dijalankan
dalam masyarakat"; berarti sesuatu yang ditransmisikan turun temurun
adalah adat kebiasaan.
Sedang para tradisionalis melihat tradisi tidak hanya sebatas adat
kebiasaan yang diwariskan turun menurun. Namun tradisi adalah sesuatu yang
berasal dari langit, ditransmisikan dari Sumber Illahi. Karena itu, tradisi
memiliki cangkupan yang sangat luas, tidak hanya diterapkan dalam ranah
metafisika dan agama saja, melainkan juga terekspresikan dalam berbagai ranah
terapan seperti seni tradisional, sains tradisional dan juga struktur sosial
tradisional. [1]
B. Pengertian Pesta Laut
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pesta berarti perjamuan makan
minum dengan bersuka ria dan lain sebagainya.[2] Sedangkan Ensiklopedia bebas, pesta adalah sebuah acara sosial yang dimaksudkan
terutama sebagai perayaan dan rekreasi. "Pesta" dapat bersifat keagamaan atau berkaitan dengan musim,
atau, pada tingkat yang lebih terbatas, berkaitan dengan acara-acara pribadi
dan keluarga untuk memperingati atau merayakan suatu peristiwa khusus dalam kehidupan
yang bersangkutan.[3]
Pesta merupakan suatu pertemuan yang suasananya gembira, diselingi atau
diakhiri dengan makan dan minum bersama. Pesta diadakan untuk memperingati atau
menghormati peristiwa atau kejadian yang bersejarah bagi seseorang, perusahaan
dan negara. Adapun macam-macam pesta antara lain :
1. Pesta biasa
Diselenggarakan tidak dalam keadaan resmi, sifatnya santai dan penuh
kekeluargaan. Tamu yang diundang hanya teman dekat dan mereka yang masih ada
hubungan famili atau keluarga. Contohnya : pesta ulang tahun, kelahiran,
syukuran dan pertunangan.
2. Pesta resmi
Pesta ini bersifat resmi dan sudah dipersiapkan dalam jangka waktu tertentu
dengan matang dan penuh perhitungan. Beberapa contoh pesta resmi antara lain:
a) Pesta resmi perorangan, misalnya pesta
pernikahan dan pesta pembukaan perusahaan.
b) Pesta resmi kenegaraan, misalnya pesta hari
kemerdekaan 17 Agustus, pesta pelantikan pejabat, pesta menghormati tamu negara
lain atau sahabat.
3. Pesta tak resmi
Diselenggerakan oleh tuan rumah karena peristiwa yang telah mereka alami
dan biasanya peristiwa tersebut telah membuat mereka bahagia atau senang.
Dilaksanakan bersama sahabat, keluarga atau tetangga. Contohnya pesta selamatan
kelahiran atau mitoni, syukuran kenaikan kelas atau kelulusan.
Pesta dalam kacamata sosial budaya adalah kesempatan untuk berbagai
interaksi sosial, tergantung pada pesertanya dan pemahaman mereka tentang
perilaku yang dianggap layak untuk acara tersebut. Akibatnya, pesta cenderung
memperkuat standar budaya dan/ atau kontra-budaya, meskipun hal ini
kadang-kadang dilakukan dengan sekadar memberikan konteks sosial yang lebih
kurang dapat diterima untuk pelanggaran standar-standar tersebut.
Jadi pesta laut/Nyadranan adalah acara yang dilakukan atas rasa syukur manusia
kepada Tuhan. Pesta ini dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di pesisir
pantai dan berprofesi sebagai nelayan. Bukti rasa syukur yang mereka tunjukkan
atas karunia Tuhan berupa rezeki berlimpah yang berada di laut, lingkungan
tinggal nelayan.
C. Kultur Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Masyarakat Desa Gempol Sewu, Kendal
90% lebih
masyarakat desa Gempol Sewu berprofesi sebagai nelayan karena desa ini adalah
desa yang paling dekat dengan laut. Sisanya adalah penduduk dengan profesi
sebagai petani, wiraswasta, dan PNS. Ada juga beberapa dari masyarakat desa
Gempol Sewu yang pergi merantau di luar negeri sebagai seorang TKI/TKW di
negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura. Ini menunjukkan
keberagaman kultur sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat desa Gempol Sewu
sangat beragam.
Sedangkan bicara mengenai budaya kota Kendal, masih melekat erat unsur
adat-istiadat Jawa, dimana penggunaan bahasa Jawa serta tradisi-tradisi
masyarakat Jawa masih dilestarikan di wilayah ini. Tradisi- tradisi nenek
moyang yang masih bertahan antara lain: tradisi sedekah bumi, sedekah laut
(bagi yang wilayahnya relatif dekat dengan pantai utara Jawa), sesajen untuk
upacara adat, mitoni, metang puluh, nyatus, nyewu, dan lain sebagainya.
Pemerintah kota Kendal juga selalu menjaga adat dan melestarikannya melalui acara-acara
tahunan seperti yang telah dibahas di atas, yaitu Pesta Laut, Tradisi Wewehan,
dan Tradisi Syawalan.
BAB III
ISI
A. Pelaksanaan Pesta Laut/Nyadranan di desa Gempol Sewu,
Kendal
Pesta laut/Nyadranan
dilaksanakan di dusun terdekat dengan pantai utara Jawa, yaitu dusun Tawang,
desa Gempol Sewu, Kabupaten Kendal. Sehingga banyak orang-orang menyebut Pesta
Laut ini sebagai Pesta Laut Tawang. Sedangkan waktu pelaksanaan Pesta Laut
adalah pada malam Jum’at Kliwon di bulan As-syura. Pesta laut dimulai dari enam
hari sebelum jatuhnya Jum’at Kliwon. Jadi pelaksanaan total Pesta Laut adalah
satu minggu. Hari-H atau uncak perayaan Pesta Laut jatuh pada malam Jum’at
Kliwon.
Meskipun demikian, tidaklah
membuat hari-hari lain sebelum Jum’at Kliwon sepi dari ramainya pengunjung.
Dari hari pertama diselenggarakannya Pesta Laut, sudah ada beberapa kegiatan
perayaan. Dimulai dari pedagang dadakan yang membuat lapak melingkari pemukiman
warga di dusun Tawang. Berbagai macam barang diperjual-belikan di pasar dadakan
tersebut. Hari pertama sampai hari ke-enam akan tetap seperti ini, ramai
bagaikan pasar malam.
Sedangkan
pertunjukan-pertunjukan besar mulai diselenggarakan pada H-3 seperti;
pertunjukan manusia tertinggi dan manusia ajaib, pertunjukan wayang kulit,
pertunjukan ketoprak, dan yang paling dinantikan di h-3 yaitu pertunjukan
wayang golek Jawa/wayang golek Purwa. Pada h-1 ada pertunjukan barongan dan
tepat pada hari-h, diselenggarakan penayangan Layar Tancep.
Karena banyak
pertunjukan pada h-3, maka pelaksanaan acara disebar di beberapa wilayah
seperti; wayang kulit dilaksanakan di TPI/Tempat Pelelangan Ikan, wayang golek
Jawa/Purwa dilaksanakan di Pasar Tawang, untuk pertunjukan ketoprak dilaksanakan
di Lapangan Bahari, dan untuk pertunjukan manusia tertinggi dan manusia ajaib
dilaksanakan di balai desa Gempol Sewu.
Pertunjukan Barongan
yang dilaksanakan pada h-1 merupakan acara yang paling seru diantara
acara-acara lain. Pada pelaksanaan acara ini, Barongan diarak mengelilingi
dusun Tawang dari kantor Camat Rowo Sari sampai ke tempat pelelangan ikan/TPI.
Barongan dilaksanakan disertai dengan Bapak Kepala Desa dan arak-arakan warga
desa yang memanggul perahu kecil berisi sesajen (kembang, ayam hidup, buah, dan
yang paling inti dari isi sesajen untuk larungan ini adalah satu kepala sapi)
yang dibuat khusus untuk acara larungan. Setelah selesai diarak mengelilingi
desa, perahu dilarung ke laut. Sesajen dan semua isi perahu yang dilarung tidak
boleh diambil. Namun air yang dilewati larungan kapal tersebut dijadikan
rebutan dan diambil oleh warga-warga yang mengikuti acara larungan tersebut.
Pelaksanaan ini hampir
sama dengan garebeg yang ada di keraton Solo. Perbedaannya adalah garebeg
dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun. Yaitu pada acara Maulid Nabi, Hari
Raya Idul Adha, dan pada bulan Syawal. Sesajen yang digunakan pun hampir sama
yaitu; hasil bumi, dll. Tapi garebeg tidak menggunakan kepala sapi seperti yang
ada di larungan Pesta Laut. Selanjutnya bentuk dari sesajen yang diarak juga
berbeda.
Sesajen di perayaan
garebeg dibuat mengerucut menyerupai gunung. Oleh karena itu, sesajen untuk
gareneg ini juga disebut sebagai gunungan. Isi dari sesajen garebeg boleh
diambil oleh semua rakyat. Sebaliknya, sesajen yang digunakan untuk larungan
Pesta Laut tidak boleh diambil oleh warga yang mengikuti acara Pesta Laut.
Mereka hanya boleh mengambil air yang dilewati oleh perahu yang dilarung ke
laut. Sesajen Pesta Laut hanya dimasukkan ke dalam perahu kecil yang memang
dibuat untuk pelaksanaan pesta laut itu. Tidak dibentuk menyerupai gunungan
yang ada acara di garebeg.
Tardisi ini masih
sangat dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat kendal khususnya masyarakat yang
tinggal di sekitar pantai utara Jawa.
Selain larungan, ada
juga pertunjukan yang sangat dinantikan warga Tawang, Gempol Sewu, Kendal yaitu
pertunjukan wayang golek purwa. Seperti yang kita tahu, wayang golek purwa
adalah salah satu alat dakwah Sunan Kudus dalam menyebarkan Islam. Isi dari
cerita wayang golek Purwa dalam perayaan Pesta Laut ini memiliki cerita yang
diadaptasi dari cerita pewayangan Hindu. Namun ada beberapa penambahan dalam
penokohan dan jalan cerita. Keunikan dari pertunjukan wayang golek purwa yang
ada di Pesta Laut adalah bagian cerita yang menampilkan tokoh Semar, bapak dari
punokawan yang memancing. Warga Tawang, Gempol Sewu meyakini bahwa apapun yang
didapatkan oleh si Semar saat memancing; apakah itu Ikan, Cumi-cumi, Udang,
atau Rajungan, maka itulah keberuntungan warga yang berprofesi sebagai nelayan
sepanjang tahun itu. Warga Tawang juga meyakini bahwa Gurita tidak boleh
diambil untuk dimasak ataupun untuk dijual. Jadi saat para nelayan melaut,
mereka tidak akan mengambil dan membawa pulang gurita. Mereka akan
mengembalikan gurita itu ke laut.
B. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pelaksanaan Pesta
Laut/Nyadranan di desa Gempol Sewu, Kendal
Perayaan Pesta Laut ini
tidak sekedar sebagai hiburan, tetapi juga sebagai ungkapan syukur nelayan-nelayan
di dusun Tawang, desa Gempol Sewu, Kendal kepada Allah SWT. yang telah
memberikan mereka rezeki yang halal dari hasil laut yang berlimpah dan telah
dijauhkan dari berbagai macam bencana sepanjang tahun ini. Perayaan pesta laut
juga dijadikan tempat penyambug silauturahim. Pesta laut memiliki tujuan yang
sama dengan sedekah bumi, yaitu ungkapan rasa suyukur.
[1]http://www.duniapelajar.com/2014/08/17/pengertian-tradisi-menurut-para-ahli/, diakses pada
tanggal 10 Desember 2015 pukul 14.32 WIB
[2]Kamus Besar
Bahasa Indonesia, edisi ketiga, 1999, hlm. 779.