Selasa, 29 Desember 2015



TRADISI NYADRANAN/PESTA LAUT
KENDAL

Mini Riset
Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Tugas Akhir Semester VII
Pada Mata Islam dan Budaya Jawa

Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris


Oleh:
Ria Wahyu Susanti
123411018



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kendal adalah salah satu kota di Jawa Tengah yang terkenal sebagai salah satu kota santri yaitu di Kaliwungu. Selain terkenal sebagai kota santri, kendal juga terkenal dengan berbagai tradisi yang masih tetap terjaga kelestariannya sampai saat ini seperti; tradisi Wewehan/Ketuinan yang diselenggarakan pada hari Maulid Nabi atau dalam penanggalan Islam jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal, ada juga tradisi Syawalan yang diselenggarakan tepat satu minggu setelah hari pertama Idul Fitri atau dalam penanggalan Islam jatuh pada tanggal 8 Syawal, dan tradisi yang sangat terkenal di seantero Jawa Tengah, yaitu Tradisi Pesta Laut/Nyadranan.
Tradisi yang diselenggarakan pada tanggal 1 As-syura dalam penanggalan Islam ini selalu digelar dengan sangat meriah selama seminggu penuh. Pesta Laut ini dilaksanakan di desa Gempol Sewu, kecamatan Rowo Sari, kabupaten Kendal. Setiap tahun warga sekitar selalu menantikan Pesta Laut dengan sangat antusias.
Peneliti akan memaparkan lebih lanjut tentang Pesta Laut/ Nyadranan dalam mini riset ini berdasarkan hasil studi lapangan.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan oleh penulis diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam mini riset ini adalah:
1.    Bagaimana pelaksanaan Pesta Laut/Nyadranan di desa Gempol Sewu, Kendal?
2.    Apa nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan Pesta Laut/Nyadranan di desa Gempol Sewu, Kendal?

C.  Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.    Untuk mengetahui pelaksanaan tradisi Pesta Laut/Nyadranan di desa Gempol Sewu, Kenad.
2.    Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan Pesta Laut/Nyadranan.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1.    Bagi penulis:
Manfaat penulisan mini riset ini bagi penulis adalah sebagai berikut:
a.    Untuk memenuhi tugas akhir semester pada mata kuliah Islam dan Budaya Jawa.
b.    Untuk mengenal secara mendalam tentang tradisi kebudayaan yang ada di Indonesia.
c.    Untuk mendapatkan informasi tentang tradisi Pesta Laut/Nyadranan.
2.    Bagi pembaca:
Sedangkan manfaat penulisan mini riset ini bagi pembaca adalah sebagai berikut:
a.    Untuk membuka wacana kritis pembaca tentang adanya kebudayaan unik yang bernilai di Kendal.
b.    Untuk menginformasikan tentang pelaksanaan tradisi Pesta Laut/Nyadranan di Kendal.











BAB II
LANDASAN TEORI

A.  Pengertian Tradisi
Secara etimologi, kata tradisi berasal dari bahasa latin traditio yang artinya diteruskan dan berasal dari bahasa Inggris, tradition yang berarti disampaikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tradisi didefinisikan sebagai "adat kebiasaan turun-temurun (dari leluhur) yang masih dijalankan dalam masyarakat"; berarti sesuatu yang ditransmisikan turun temurun adalah adat kebiasaan.
Sedang para tradisionalis melihat tradisi tidak hanya sebatas adat kebiasaan yang diwariskan turun menurun. Namun tradisi adalah sesuatu yang berasal dari langit, ditransmisikan dari Sumber Illahi. Karena itu, tradisi memiliki cangkupan yang sangat luas, tidak hanya diterapkan dalam ranah metafisika dan agama saja, melainkan juga terekspresikan dalam berbagai ranah terapan seperti seni tradisional, sains tradisional dan juga struktur sosial tradisional. [1]

B.  Pengertian Pesta Laut
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pesta berarti perjamuan makan minum dengan bersuka ria dan lain sebagainya.[2] Sedangkan Ensiklopedia bebas, pesta adalah sebuah acara sosial yang dimaksudkan terutama sebagai perayaan dan rekreasi. "Pesta" dapat bersifat keagamaan atau berkaitan dengan musim, atau, pada tingkat yang lebih terbatas, berkaitan dengan acara-acara pribadi dan keluarga untuk memperingati atau merayakan suatu peristiwa khusus dalam kehidupan yang bersangkutan.[3]
Pesta merupakan suatu pertemuan yang suasananya gembira, diselingi atau diakhiri dengan makan dan minum bersama. Pesta diadakan untuk memperingati atau menghormati peristiwa atau kejadian yang bersejarah bagi seseorang, perusahaan dan negara. Adapun macam-macam pesta antara lain :
1.    Pesta biasa
Diselenggarakan tidak dalam keadaan resmi, sifatnya santai dan penuh kekeluargaan. Tamu yang diundang hanya teman dekat dan mereka yang masih ada hubungan famili atau keluarga. Contohnya : pesta ulang tahun, kelahiran, syukuran dan pertunangan.
2.    Pesta resmi
Pesta ini bersifat resmi dan sudah dipersiapkan dalam jangka waktu tertentu dengan matang dan penuh perhitungan. Beberapa contoh pesta resmi antara lain:
a)    Pesta resmi perorangan, misalnya pesta pernikahan dan pesta pembukaan perusahaan.
b)   Pesta resmi kenegaraan, misalnya pesta hari kemerdekaan 17 Agustus, pesta pelantikan pejabat, pesta menghormati tamu negara lain atau sahabat.
3.    Pesta tak resmi
Diselenggerakan oleh tuan rumah karena peristiwa yang telah mereka alami dan biasanya peristiwa tersebut telah membuat mereka bahagia atau senang. Dilaksanakan bersama sahabat, keluarga atau tetangga. Contohnya pesta selamatan kelahiran atau mitoni, syukuran kenaikan kelas atau kelulusan.
Pesta dalam kacamata sosial budaya adalah kesempatan untuk berbagai interaksi sosial, tergantung pada pesertanya dan pemahaman mereka tentang perilaku yang dianggap layak untuk acara tersebut. Akibatnya, pesta cenderung memperkuat standar budaya dan/ atau kontra-budaya, meskipun hal ini kadang-kadang dilakukan dengan sekadar memberikan konteks sosial yang lebih kurang dapat diterima untuk pelanggaran standar-standar tersebut.

Jadi pesta laut/Nyadranan adalah acara yang dilakukan atas rasa syukur manusia kepada Tuhan. Pesta ini dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di pesisir pantai dan berprofesi sebagai nelayan. Bukti rasa syukur yang mereka tunjukkan atas karunia Tuhan berupa rezeki berlimpah yang berada di laut, lingkungan tinggal nelayan.

C.  Kultur Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat Desa Gempol Sewu, Kendal
90% lebih masyarakat desa Gempol Sewu berprofesi sebagai nelayan karena desa ini adalah desa yang paling dekat dengan laut. Sisanya adalah penduduk dengan profesi sebagai petani, wiraswasta, dan PNS. Ada juga beberapa dari masyarakat desa Gempol Sewu yang pergi merantau di luar negeri sebagai seorang TKI/TKW di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura. Ini menunjukkan keberagaman kultur sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat desa Gempol Sewu sangat beragam.
Sedangkan bicara mengenai budaya kota Kendal, masih melekat erat unsur adat-istiadat Jawa, dimana penggunaan bahasa Jawa serta tradisi-tradisi masyarakat Jawa masih dilestarikan di wilayah ini. Tradisi- tradisi nenek moyang yang masih bertahan antara lain: tradisi sedekah bumi, sedekah laut (bagi yang wilayahnya relatif dekat dengan pantai utara Jawa), sesajen untuk upacara adat, mitoni, metang puluh, nyatus, nyewu, dan lain sebagainya. Pemerintah kota Kendal juga selalu menjaga adat dan melestarikannya melalui acara-acara tahunan seperti yang telah dibahas di atas, yaitu Pesta Laut, Tradisi Wewehan, dan Tradisi Syawalan. 




BAB III
ISI

A.  Pelaksanaan Pesta Laut/Nyadranan di desa Gempol Sewu, Kendal
Pesta laut/Nyadranan dilaksanakan di dusun terdekat dengan pantai utara Jawa, yaitu dusun Tawang, desa Gempol Sewu, Kabupaten Kendal. Sehingga banyak orang-orang menyebut Pesta Laut ini sebagai Pesta Laut Tawang. Sedangkan waktu pelaksanaan Pesta Laut adalah pada malam Jum’at Kliwon di bulan As-syura. Pesta laut dimulai dari enam hari sebelum jatuhnya Jum’at Kliwon. Jadi pelaksanaan total Pesta Laut adalah satu minggu. Hari-H atau uncak perayaan Pesta Laut jatuh pada malam Jum’at Kliwon.
Meskipun demikian, tidaklah membuat hari-hari lain sebelum Jum’at Kliwon sepi dari ramainya pengunjung. Dari hari pertama diselenggarakannya Pesta Laut, sudah ada beberapa kegiatan perayaan. Dimulai dari pedagang dadakan yang membuat lapak melingkari pemukiman warga di dusun Tawang. Berbagai macam barang diperjual-belikan di pasar dadakan tersebut. Hari pertama sampai hari ke-enam akan tetap seperti ini, ramai bagaikan pasar malam.
Sedangkan pertunjukan-pertunjukan besar mulai diselenggarakan pada H-3 seperti; pertunjukan manusia tertinggi dan manusia ajaib, pertunjukan wayang kulit, pertunjukan ketoprak, dan yang paling dinantikan di h-3 yaitu pertunjukan wayang golek Jawa/wayang golek Purwa. Pada h-1 ada pertunjukan barongan dan tepat pada hari-h, diselenggarakan penayangan Layar Tancep.
Karena banyak pertunjukan pada h-3, maka pelaksanaan acara disebar di beberapa wilayah seperti; wayang kulit dilaksanakan di TPI/Tempat Pelelangan Ikan, wayang golek Jawa/Purwa dilaksanakan di Pasar Tawang, untuk pertunjukan ketoprak dilaksanakan di Lapangan Bahari, dan untuk pertunjukan manusia tertinggi dan manusia ajaib dilaksanakan di balai desa Gempol Sewu.
Pertunjukan Barongan yang dilaksanakan pada h-1 merupakan acara yang paling seru diantara acara-acara lain. Pada pelaksanaan acara ini, Barongan diarak mengelilingi dusun Tawang dari kantor Camat Rowo Sari sampai ke tempat pelelangan ikan/TPI. Barongan dilaksanakan disertai dengan Bapak Kepala Desa dan arak-arakan warga desa yang memanggul perahu kecil berisi sesajen (kembang, ayam hidup, buah, dan yang paling inti dari isi sesajen untuk larungan ini adalah satu kepala sapi) yang dibuat khusus untuk acara larungan. Setelah selesai diarak mengelilingi desa, perahu dilarung ke laut. Sesajen dan semua isi perahu yang dilarung tidak boleh diambil. Namun air yang dilewati larungan kapal tersebut dijadikan rebutan dan diambil oleh warga-warga yang mengikuti acara larungan tersebut.
Pelaksanaan ini hampir sama dengan garebeg yang ada di keraton Solo. Perbedaannya adalah garebeg dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun. Yaitu pada acara Maulid Nabi, Hari Raya Idul Adha, dan pada bulan Syawal. Sesajen yang digunakan pun hampir sama yaitu; hasil bumi, dll. Tapi garebeg tidak menggunakan kepala sapi seperti yang ada di larungan Pesta Laut. Selanjutnya bentuk dari sesajen yang diarak juga berbeda.
Sesajen di perayaan garebeg dibuat mengerucut menyerupai gunung. Oleh karena itu, sesajen untuk gareneg ini juga disebut sebagai gunungan. Isi dari sesajen garebeg boleh diambil oleh semua rakyat. Sebaliknya, sesajen yang digunakan untuk larungan Pesta Laut tidak boleh diambil oleh warga yang mengikuti acara Pesta Laut. Mereka hanya boleh mengambil air yang dilewati oleh perahu yang dilarung ke laut. Sesajen Pesta Laut hanya dimasukkan ke dalam perahu kecil yang memang dibuat untuk pelaksanaan pesta laut itu. Tidak dibentuk menyerupai gunungan yang ada acara di garebeg.
Tardisi ini masih sangat dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat kendal khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar pantai utara Jawa.
Selain larungan, ada juga pertunjukan yang sangat dinantikan warga Tawang, Gempol Sewu, Kendal yaitu pertunjukan wayang golek purwa. Seperti yang kita tahu, wayang golek purwa adalah salah satu alat dakwah Sunan Kudus dalam menyebarkan Islam. Isi dari cerita wayang golek Purwa dalam perayaan Pesta Laut ini memiliki cerita yang diadaptasi dari cerita pewayangan Hindu. Namun ada beberapa penambahan dalam penokohan dan jalan cerita. Keunikan dari pertunjukan wayang golek purwa yang ada di Pesta Laut adalah bagian cerita yang menampilkan tokoh Semar, bapak dari punokawan yang memancing. Warga Tawang, Gempol Sewu meyakini bahwa apapun yang didapatkan oleh si Semar saat memancing; apakah itu Ikan, Cumi-cumi, Udang, atau Rajungan, maka itulah keberuntungan warga yang berprofesi sebagai nelayan sepanjang tahun itu. Warga Tawang juga meyakini bahwa Gurita tidak boleh diambil untuk dimasak ataupun untuk dijual. Jadi saat para nelayan melaut, mereka tidak akan mengambil dan membawa pulang gurita. Mereka akan mengembalikan gurita itu ke laut.

B.  Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pelaksanaan Pesta Laut/Nyadranan di desa Gempol Sewu, Kendal
Perayaan Pesta Laut ini tidak sekedar sebagai hiburan, tetapi juga sebagai ungkapan syukur nelayan-nelayan di dusun Tawang, desa Gempol Sewu, Kendal kepada Allah SWT. yang telah memberikan mereka rezeki yang halal dari hasil laut yang berlimpah dan telah dijauhkan dari berbagai macam bencana sepanjang tahun ini. Perayaan pesta laut juga dijadikan tempat penyambug silauturahim. Pesta laut memiliki tujuan yang sama dengan sedekah bumi, yaitu ungkapan rasa suyukur.


[1]http://www.duniapelajar.com/2014/08/17/pengertian-tradisi-menurut-para-ahli/, diakses pada tanggal 10 Desember 2015 pukul 14.32 WIB
[2]Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, 1999, hlm. 779.
[3]http://id.wikipedia.org/wiki/Pesta, diakses pada tanggal 16 Desember 2015 pukul 11.19 WIB.


MAKAM WALI ALLAH MBAH MUTAMAKKIN
KAJEN PATI

Mini Riset
Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Tugas Akhir Semester VII
Pada Mata Islam dan Budaya Jawa

Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris


Oleh:
Ria Wahyu Susanti
123411018



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015



Pati adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Jika kita menyebut kota Pati, yang pertama terlintas di benak kita adalah Bandeng dan Nasi Gandul. Ya, kota Pati memang sangat terkenal dengan Bandeng Juwana dan Nasi Gandul. Selain itu, Pati juga terkenal sebagai salah satu kota santri. Ada beberapa pondok pesantren yang terkenal di pati salah satunya adalah Matholi’ul Falah. Pati juga menjadi salah satu tujuan para peziarah. Mbah Mutamakkin adalah wali Allah yang dimakamkan di Kajen, Pati. Mbah Mutamakkin adalah seorang ulama yang berasal dari Tuban, Jawa Timur. Di kampung asalnya, beliau juga dikenal dengan nama “Mbah Mbolek”, sesuai nama desanya yaitu Cebolek. Nama “Mutamakkin” yang bermakna orang yang meneguhkan hati atau yang diyakini akan kesuciannya konon adalah gelar yang diberikan kepada beliau seusai dari menuntut ilmu dari Timur Tengah. Diperkirakan beliau hidup sekitar tahun 1685-1710. Konon, sepulang dari Timur Tengah, Mbah Mutamakkin tidak langsung pulang melainkan pergi ke daerah utara Pati. Beliau tinggal di Cebolek di sebelah utara desa Kajen.
Terdapat pula cerita yang berkembang di masyarakat setempat (foklor) menyebutkan, sepulangnya dari menunaikan Ibadah haji, beliau menaiki jin. Tiba-tiba di tengah laut, oleh jinnya, beliau dijatuhkan di tengah laut. Kemudian beliau diselamatkan “Ikan Mladang”. Beliau dilemparkan sampai di suatu tempat. Tempat tersebut dinamai desa Cebolek.
Ada dua versi tentang asal usul desa ini. Pertama adalah dari kata “ceblok” (jatuh), dan kedua “Jebol-jebul melek” (tiba-tiba membuka mata). Di Cebolek, Pati, beliau tinggal.
Suatu malam, Mbah Mutamakkin melihat sinar yang terang di langit. Karena heran, kemudian beliau mencari dari mana asal sinar tersebut. Ternyata sinar tersebut adalah sinar K.H. Syamsuddin, pemangku Desa Kajen yang sedang melaksanakan shalat tahajjud. Tidak banyak cerita yang berkembang, kemudian Mbah Mutamakkin dinikahkan dengan putrinya Nyai Qodimah.
Karena jasa Mbah Mutamakkin, sedikitnya terdapat 34 Ponpes yang berdiri di Desa Kajen hingga sekarang. Selain pesantren tradisional, muncul berbagai lembaga pendidikan nasional yang unik. Walaupun menggunakan pelajaran umum, namun tidak lupa kitab kuning juga diajarkan di sekolah tersebut.Setiap 10 Muharam, di desa kecil di pantai utara Jawa Desa Kajen, Pati, lautan manusia berdatangan memperingati haul K.H. Ahmad Mutamakkin. Sosok kiai yang lahir di Tuban ini lebih memilih Kajen, sebuah desa kecil di pantai utara Jawa, untuk menyebarkan gagasan Islamnya.